Obrolan.ID – Publik baru-baru ini dikejutkan oleh beredarnya sebuah video yang menampilkan sekelompok orang melakukan proses pengosongan amunisi tidak layak pakai.
Orang-orang tersebut duduk di bawah tenda militer, sedang melakukan proses pengosongan amunisi.
Video tersebut langsung menyita perhatian luas di media sosial dan dikaitkan dengan insiden tragis yang terjadi di Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Rekaman ini mencuat tak lama setelah peristiwa ledakan besar saat pemusnahan amunisi milik TNI Angkatan Darat di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Senin (13/5).
Dalam kejadian nahas tersebut, sebanyak 13 orang dinyatakan meninggal dunia.
Ledakan dahsyat dalam pemusnahan amunisi bekas dilakukan oleh jajaran Gudang Pusat Amunisi (Gupusmu) III Peralatan TNI AD.
Dugaan sementara, insiden ini berkaitan dengan kelalaian prosedural dalam menangani bahan peledak sisa.
Munculnya video yang memperlihatkan aktivitas proses pengosongan amunisi secara tidak profesional seolah memperkuat dugaan adanya kelonggaran terhadap standar operasional yang semestinya diterapkan.
Dalam video tersebut, terlihat beberapa orang menangani amunisi berukuran besar seperti rudal atau peluru.
Adegan dalam video menunjukkan bahan peledak dipukul menggunakan palu dan pahat secara sembarangan.
Para pelaku dalam video tampak tidak mengenakan pakaian pelindung standar, bahkan sebagian dari mereka terlihat seperti warga sipil biasa.
Ada pria bertelanjang dada, seorang lainnya mengenakan anting, dan tak satu pun tampak mengenakan atribut resmi militer atau perlengkapan keselamatan.
Menambah kekhawatiran, kegiatan tersebut dilakukan di bawah tenda seadanya. Di bagian pojok tenda hanya tampak tiga unit tabung alat pemadam api ringan (APAR), yang jelas tidak cukup sebagai bentuk mitigasi risiko dari potensi ledakan bahan peledak aktif.
Sebagian netizen meyakini bahwa rekaman ini berkaitan langsung dengan tragedi di Garut. Mereka menyoroti buruknya penerapan standar keamanan dalam menangani sisa-sisa amunisi yang seharusnya dimusnahkan oleh personel profesional.
“Mainin lodong aja kudu jaga jarak, ini mesiu diketok kayak kaleng biskuit,” tulis akun @Tude_aja di platform X, merespons video tersebut dengan nada satir.
Komentar serupa juga banyak bermunculan, mempertanyakan mengapa penanganan bahan peledak bisa dilakukan oleh orang-orang yang tidak tampak sebagai personel TNI.
Warganet menduga bahwa pekerjaan sensitif ini tidak dikerjakan oleh tenaga profesional.
“Susah percaya ini bukan kelalaian. Yang nanganin jelas bukan orang terlatih. Prosedur keselamatannya minim, cara kerjanya ngawur. Katanya militer kita terkuat di Asia, tapi beginian aja enggak beres,” tulis akun @denuk1911 dengan nada kecewa.
Keterangan dalam video menyebutkan, “Proses pembongkaran bahan peledak sebelum kejadian ledakan dahsyat,” semakin mempertegas asumsi publik bahwa video tersebut memiliki kaitan erat dengan insiden Garut.
Pihak TNI AD sendiri telah memberikan klarifikasi bahwa semua prosedur pemusnahan amunisi sudah dilakukan sesuai ketentuan. Namun beredarnya video ini memicu keraguan publik akan klaim tersebut.
Terlebih, lokasi dalam video terkonfirmasi berada di Indonesia, sebagaimana terlihat dari penggunaan logat Sunda dalam percakapan dan adanya karung berlabel “Beras Bulog” di latar belakang.
Hingga kini, video tersebut masih terus dibagikan ulang di berbagai platform seperti Facebook, Instagram, dan X.
Masyarakat terus menuntut penjelasan lebih transparan terkait siapa yang bertanggung jawab atas kelalaian yang memicu korban jiwa dan bagaimana seharusnya prosedur pengosongan amunisi dilakukan agar tidak membahayakan jiwa.