Obrolan.ID – Seorang Turis Israel menjadi sorotan publik setelah pernyataannya yang dianggap arogan memicu kemarahan warga lokal di Koh Phangan, Thailand.
Insiden yang terjadi pada 5 Mei 2025 di sebuah restoran kawasan pesta Full Moon Party itu terekam dalam video dan viral di media sosial.
Dalam rekaman tersebut, wanita yang diketahui sebagai Turis Israel terlihat menolak untuk melepas sepatunya saat memasuki restoran, meskipun sudah diminta mengikuti aturan setempat.
Dengan nada tinggi dan ekspresi menyeringai, ia berkata kepada staf restoran, “Uangku membangun negaramu!” kalimat yang langsung menyulut kemarahan warga Thailand.
Warga setempat mengecam keras sikap tersebut yang dinilai tidak sopan dan melecehkan budaya lokal. Beberapa bahkan menyerukan agar perempuan itu dideportasi dan dimasukkan dalam daftar hitam imigrasi.
“Tolong keluarkan wanita ini, dia tidak menghormati kami, para pekerja keras dan leluhur kami,” kata seorang penduduk dalam unggahan media sosial.
Warga lainnya menambahkan bahwa mereka selalu terbuka menerima turis, tetapi tidak akan menoleransi sikap superior dan arogan seperti itu.
Kritik dari masyarakat juga menyasar pemerintah Thailand, menuntut tindakan tegas terhadap wisatawan yang dinilai merusak keharmonisan budaya lokal.
Merespons badai kritik tersebut, Turis Israel itu akhirnya memberikan klarifikasi lewat media sosial. Dalam video pernyataannya, ia mengklaim bahwa ucapannya telah diambil di luar konteks.
“Saya hanya ingin mengatakan bahwa pariwisata Israel turut berkontribusi pada ekonomi Thailand,” ujarnya.
Ia juga mengeklaim bahwa insiden tersebut bermula dari dugaan pelecehan verbal dan fisik oleh pelanggan lain, bukan oleh staf restoran.
“Saya sedang mengalami sakit kaki dan telah diberi izin untuk tetap memakai sepatu. Namun orang yang merekam video memaksa saya keluar secara kasar,” ucapnya membela diri.
Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa video yang tersebar tidak menampilkan kekerasan yang dia alami, sehingga menurutnya informasi yang beredar menjadi menyesatkan.
Namun, klarifikasi ini tetap menuai respons sinis dari warganet Thailand, yang menilai permintaan maaf tersebut tidak tulus dan hanya pembelaan diri belaka.
Insiden ini mencuat di tengah kekhawatiran yang berkembang di wilayah Thailand utara terhadap keberadaan Turis Israel dalam jumlah besar.
Warga di Mae Hong Son, khususnya di distrik Pai, sebelumnya menyuarakan keresahan mereka pada Februari 2025 mengenai turis yang diduga bekerja secara ilegal dan berperilaku tidak tertib.
Menanggapi situasi tersebut, Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, mencoba meredakan ketegangan dengan menyatakan bahwa tuduhan bahwa komunitas Israel “mengambil alih” wilayah tersebut adalah tidak berdasar.
Ia menegaskan bahwa seluruh turis tetap diawasi dan tidak ada ancaman terhadap keamanan nasional.
Duta Besar Israel untuk Thailand, Orna Sagiv, bersama Wakil Perdana Menteri Thailand, Anutin Charnvirakul, bahkan mengunjungi Pai untuk mendengarkan keluhan warga dan meninjau langsung kondisi lapangan.
“Kami tidak menemukan indikasi adanya pemukiman asing atau infiltrasi yang mengancam,” ujar Anutin.
Meski demikian, pemerintah Thailand tetap berada dalam tekanan untuk mengatur ulang kebijakan wisata.
Lonjakan wisatawan dari berbagai negara, termasuk Turis Israel, menjadi tantangan tersendiri di tengah upaya pemulihan ekonomi pasca-pandemi.
Program bebas visa yang digencarkan sejak 2023 memang meningkatkan jumlah kunjungan, tetapi juga menimbulkan persoalan sosial dan budaya di beberapa wilayah wisata.
Insiden di Koh Phangan ini kini menjadi pelajaran penting tentang pentingnya saling menghormati antara wisatawan dan tuan rumah, khususnya dalam konteks budaya dan nilai lokal yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Thailand.