Obrolan.id – Pasar keuangan Turki mengalami kehancuran besar pada Jumat, 21 Maret 2025, seiring protes keras masyarakat atas penahanan Ekrem Imamoglu, wali kota Istanbul dan rival politik utama Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Bursa saham Turki mengalami penurunan tajam hingga mencapai 9.044,64, turun 7,81% pada hari tersebut dan mencatatkan rekor penurunan empat hari berturut-turut sebesar 16,73%.
Penurunan ini merupakan yang terburuk sejak Krisis Keuangan Global 2008, di mana Bursa Turki juga mengalami kerugian signifikan.
Pada pukul 11.27 waktu setempat, perdagangan saham bahkan sempat dihentikan sementara (trading halt) setelah pasar terjun 7,01%. Bursa Turki tercatat menjadi yang terburuk di dunia sepanjang bulan ini.
Selain saham, mata uang Lira juga merosot tajam. Lira Turki jatuh 2,3% dalam seminggu dan ditutup pada nilai ₺37,36 per USD, hanya sedikit di atas rekor terendah sepanjang masa yang tercatat pada Rabu, 19 Maret 2025. Secara keseluruhan, Lira telah melemah 6,7% sejak awal tahun 2025.
Obligasi negara Turki yang berdenominasi dolar juga mengalami penurunan selama tiga hari berturut-turut, dengan kerugian signifikan pada obligasi jangka panjang.
S&P Global Market Intelligence melaporkan peningkatan biaya asuransi utang Turki yang mencatatkan angka tertinggi sejak Maret 2024.
Meski bank sentral Turki telah melakukan langkah agresif, termasuk menjual sekitar $10 miliar cadangan devisa untuk meredakan tekanan pada Lira, pasar tetap mengalami ketidakstabilan.
Bank sentral juga menaikkan suku bunga pinjaman overnight menjadi 46% dan menangguhkan lelang repo satu minggu, yang berdampak pada pengetatan kebijakan moneter yang diperkirakan akan mempengaruhi biaya pendanaan dan volume kredit.
Menteri Keuangan Turki, Mehmet Simsek, mengklaim bahwa fluktuasi pasar ini bersifat sementara dan pemerintah sedang mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menghadapinya.
Namun, situasi ini mengakhiri ekspektasi pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat dan memicu aksi jual besar-besaran pada saham perbankan.
Krisis ini diperburuk dengan ketegangan politik, khususnya setelah penahanan Ekrem Imamoglu, yang dituduh terlibat dalam tindakan korupsi dan membantu kelompok teroris.
Penahanan ini memicu protes besar-besaran yang melibatkan ribuan orang di berbagai kota, meskipun pemerintah telah memberlakukan larangan terhadap aksi unjuk rasa. Oposisi menilai langkah hukum ini sebagai upaya politis untuk melemahkan Imamoglu menjelang pemilu.
Ketegangan politik yang terus berkembang ini, ditambah dengan ketidakpastian ekonomi, membuat pasar keuangan Turki semakin terpuruk.
Para pengamat khawatir bahwa krisis ini bisa berlanjut dan semakin memperburuk situasi ekonomi yang sudah rapuh.
Sumber: CNBC