Obrolan.id – Simak obrolan menarik tentang bisnis baju Lebaran 2025 bersama pedagang busana muslim, termasuk tren, tantangan, dan strategi pemasaran yang efektif.
Menjelang Lebaran 2025, banyak pedagang busana muslim yang mempersiapkan koleksi terbaik mereka untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin tinggi.
Sebagai salah satu sektor yang selalu mengalami lonjakan penjualan menjelang hari raya, bisnis baju Lebaran memiliki dinamika yang menarik.
Dalam kesempatan ini, kami berbincang dengan tiga pelaku bisnis busana muslim: Muhammad Ridwan, Faisal Sikumbang, dan Faisal Arif, untuk menggali lebih dalam tentang tren, strategi, dan tantangan dalam menjalankan bisnis ini.
1. Tren Baju Lebaran 2025: Apa yang Akan Menjadi Pilihan Utama?
Muhammad Ridwan, seorang pedagang busana muslim, mengatakan bahwa tren busana Lebaran 2025 akan didominasi oleh nuansa modern dengan sentuhan tradisional.
“Orang-orang cenderung mencari pakaian yang tidak hanya nyaman dipakai, tetapi juga bisa memberi kesan elegan dan elegan. Maka, kami menyesuaikan dengan model yang lebih simple namun tetap menggunakan bahan berkualitas,” ujarnya, Rabu (19/3/2025) .
Menurut Faisal Sikumbang, pedagang fashion muslim, warna pastel dan netral kemungkinan akan menjadi pilihan populer di Lebaran 2025.
“Kami melihat peningkatan permintaan untuk busana dengan warna yang lebih lembut dan tidak terlalu mencolok. Ini mencerminkan tren yang mengutamakan kenyamanan dan kesederhanaan, serta lebih mudah dipadupadankan dengan aksesori,” kata Faisal.
Namun, Faisal Arif, yang juga seorang pedagang busana muslim, melihat adanya perubahan preferensi pada model busana.
“Busana dengan desain minimalis namun tetap stylish lebih diminati. Padu padan busana yang lebih simple, namun tetap dapat menunjukkan karakter dan keanggunan,” tambah Faisal Arif.
2. Tantangan dalam Bisnis Baju Lebaran 2025: Persaingan dan Permintaan yang Fluktuatif
Tantangan terbesar yang dihadapi oleh para pedagang busana muslim jelang Lebaran 2025 adalah tingginya persaingan antar sesama pedagang.
Ridwan menjelaskan, “Dengan semakin banyaknya toko dan platform online yang menjual busana Lebaran, tantangan utama adalah bagaimana kita bisa tetap menonjol. Selain itu, tren yang cepat berubah juga menuntut kita untuk lebih responsif.”
Faisal Sikumbang menambahkan, persaingan yang semakin ketat membuat harga menjadi faktor penting yang harus diperhatikan.
“Meskipun kualitas tetap menjadi prioritas, harga yang bersaing juga sangat penting, apalagi menjelang Lebaran. Banyak konsumen yang mencari harga yang lebih terjangkau, tapi tetap menginginkan produk dengan kualitas baik,” ujar Faisal.
Sementara itu, Faisal Arif mengungkapkan bahwa permintaan yang fluktuatif juga menjadi tantangan tersendiri.
“Menjual baju Lebaran itu seringkali seperti rollercoaster. Kadang penjualan lancar, tapi ada kalanya permintaan turun di saat yang tidak terduga. Hal ini membuat kita harus terus menyesuaikan stok dan strategi pemasaran agar tidak terjebak dalam situasi kelebihan barang atau kekurangan stok,” kata Faisal.
3. Strategi Pemasaran yang Efektif untuk Meningkatkan Penjualan
Untuk memenangkan persaingan dan tetap relevan dengan pasar, setiap pedagang busana muslim memiliki pendekatan pemasaran yang berbeda.
Ridwan mengungkapkan bahwa pemasaran online menjadi kunci utama. “Kami memanfaatkan media sosial seperti Instagram dan Facebook untuk mempromosikan produk. Iklan yang terarah dan kolaborasi dengan influencer juga terbukti meningkatkan penjualan secara signifikan,” ujarnya.
Faisal Sikumbang juga menekankan pentingnya menggunakan platform e-commerce untuk menjangkau konsumen yang lebih luas.
“Dengan memanfaatkan e-commerce, kami bisa menawarkan kemudahan bagi konsumen untuk membeli produk tanpa harus keluar rumah. Selain itu, layanan pengiriman yang cepat juga menjadi faktor pendukung,” jelas Faisal.
Faisal Arif, di sisi lain, memilih untuk tetap menjaga kedekatan dengan pelanggan melalui layanan pelanggan yang lebih personal.
“Meskipun penjualan online sangat penting, kami tetap menjaga hubungan dengan pelanggan melalui layanan purna jual dan komunikasi yang lebih langsung. Ini membantu membangun loyalitas dan memberikan pengalaman belanja yang menyenangkan,” ujar Faisal.
4. Pengaruh Perubahan Sosial dan Ekonomi terhadap Bisnis Baju Lebaran
Tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi sosial dan ekonomi mempengaruhi pola belanja konsumen, termasuk dalam hal busana Lebaran.
Ridwan menilai bahwa pandemi yang masih membawa dampak ekonomi pada sebagian masyarakat membuat mereka lebih selektif dalam berbelanja.
“Meski demikian, kami tetap melihat adanya tren bahwa konsumen tetap mencari produk dengan harga yang sesuai dengan kualitas. Oleh karena itu, kami menyesuaikan pilihan produk yang lebih terjangkau, namun tetap menjaga kualitas,” kata Ridwan.
Faisal Sikumbang berpendapat bahwa meski ekonomi belum sepenuhnya pulih, konsumen tetap mengutamakan kebersamaan dan perayaan Lebaran.
“Kami tetap memanfaatkan momen tersebut untuk menawarkan produk dengan harga promo atau diskon khusus, sehingga pelanggan merasa mendapatkan keuntungan lebih,” tuturnya.
Faisal Arif menambahkan bahwa meskipun tantangan ekonomi ada, keinginan untuk merayakan Lebaran dengan pakaian baru tetap tinggi.
“Karena itu, meskipun ada kendala dari sisi ekonomi, orang-orang tetap berusaha untuk membeli pakaian Lebaran. Kami berusaha menawarkan berbagai pilihan yang bisa memenuhi kebutuhan setiap konsumen,” ujarnya.
5. Masa Depan Bisnis Busana Lebaran 2025: Inovasi dan Adaptasi
Melihat ke depan, para pedagang busana muslim optimis bahwa bisnis ini akan terus berkembang seiring dengan perubahan tren dan teknologi.
Ridwan mengatakan bahwa inovasi dalam desain dan pemanfaatan teknologi menjadi kunci untuk bertahan. “Kita harus terus berinovasi, baik dalam desain produk maupun cara pemasaran. Teknologi akan terus berkembang, dan kita harus bisa beradaptasi,” tambah Ridwan.
Faisal Sikumbang menilai bahwa keberlanjutan dan keberagaman produk akan semakin penting. “Penting untuk terus menawarkan produk yang beragam dan sesuai dengan kebutuhan konsumen, serta menjaga kualitas produk agar tetap kompetitif,” ujarnya.
Sementara itu, Faisal Arif mengungkapkan bahwa lebih banyak kolaborasi antara desainer dan pedagang busana muslim akan terjadi di masa depan.
“Kolaborasi ini akan menciptakan berbagai pilihan busana yang lebih fresh dan inovatif, yang pasti akan menarik lebih banyak minat konsumen,” kata Faisal Arif.
Dengan persiapan matang, strategi pemasaran yang tepat, dan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan tren dan kebutuhan pasar, bisnis baju Lebaran 2025 diharapkan dapat berjalan dengan sukses, meskipun persaingan semakin ketat.













