Obrolan – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akan mengadakan rapat darurat Dewan Keamanan untuk membahas peningkatan signifikan dalam stok uranium Iran, yang kini mendekati tingkat yang diperlukan untuk pembuatan senjata nuklir.
Menurut laporan yang diterima pada Senin, 10 Maret 2025, para diplomat menyebutkan bahwa pertemuan tertutup Dewan Keamanan PBB akan digelar pada Rabu, 12 Maret 2025.
Pertemuan ini digelar atas permintaan enam negara anggota Dewan Keamanan, yaitu Prancis, Yunani, Panama, Korea Selatan, Inggris, dan Amerika Serikat.
Dalam pertemuan tersebut, negara-negara tersebut akan membahas kewajiban Iran untuk memberikan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) informasi yang diperlukan guna mengklarifikasi temuan tentang material nuklir yang tidak terdaftar di beberapa lokasi di Iran.
Misi Iran untuk PBB di New York belum memberikan tanggapan mengenai pertemuan yang akan digelar tersebut.
Walaupun Iran berulang kali membantah niatannya untuk mengembangkan senjata nuklir, laporan dari IAEA mengindikasikan bahwa negara ini telah secara signifikan meningkatkan pengayaan uranium hingga tingkat 60%. Pengayaan tersebut sudah sangat mendekati batas kritis 90% yang diperlukan untuk senjata nuklir.
Negara-negara Barat berpendapat bahwa tidak ada alasan bagi Iran untuk memperkaya uranium hingga tingkat setinggi itu untuk tujuan sipil, karena tidak ada negara yang melakukannya tanpa tujuan untuk mengembangkan senjata nuklir. Sementara itu, Iran tetap menyatakan bahwa program nuklirnya bertujuan untuk kepentingan damai.
Iran sebelumnya mencapai kesepakatan dengan enam negara besar pada 2015 yang dikenal dengan nama Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), di mana sanksi terhadap Iran dicabut sebagai imbalan atas pembatasan program nuklirnya.
Namun, pada 2018, Amerika Serikat di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump memutuskan untuk keluar dari kesepakatan ini, yang membuat Iran mulai mengurangi komitmennya terkait pembatasan nuklir.
Inggris, Prancis, dan Jerman kini memberi tahu Dewan Keamanan PBB bahwa mereka siap untuk mencabut sanksi internasional terhadap Iran guna mencegah negara tersebut mengembangkan senjata nuklir.
Namun, kemampuan untuk melakukan hal tersebut akan berakhir pada 18 Oktober 2025, ketika resolusi PBB terkait kesepakatan tersebut berakhir.
Dewan Keamanan PBB Bahas Stok Uranium Iran
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akan mengadakan pertemuan tertutup pada Rabu, 12 Maret 2025, untuk membahas peningkatan stok uranium Iran yang semakin mendekati tingkat yang dapat digunakan untuk bom nuklir.
Pertemuan ini digelar atas permintaan dari 15 negara anggota, termasuk Prancis, Yunani, Panama, Korea Selatan, Inggris, dan Amerika Serikat.
Para anggota Dewan Keamanan PBB tersebut juga meminta agar Iran mematuhi kewajibannya kepada Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dengan menyediakan “informasi yang diperlukan untuk menjelaskan masalah penting mengenai materi nuklir yang tidak terdeklarasikan di sejumlah lokasi di Iran,” ujar seorang diplomat.
Sejauh ini, utusan Iran untuk PBB di New York belum memberikan tanggapan terkait rencana pertemuan tersebut. Iran sebelumnya telah membantah bahwa mereka tengah mengembangkan senjata nuklir.
Namun, menurut laporan IAEA, Iran telah mempercepat proses pengayaan uranium hingga mencapai tingkat 60 persen, yang hanya 30 persen di bawah ambang batas yang diperlukan untuk memproduksi bom nuklir.
Negara-negara Barat berpendapat bahwa pengayaan uranium Iran pada tingkat ini tidak diperlukan untuk program nuklir sipil, karena tidak ada negara yang memproduksi uranium dalam jumlah sebesar itu tanpa tujuan untuk membuat senjata nuklir. Namun, Iran terus menegaskan bahwa program nuklir mereka sepenuhnya untuk tujuan damai.
Stok Uranium Iran
Stok uranium Iran merujuk pada jumlah uranium yang dimiliki atau diproduksi oleh negara tersebut, yang digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk program nuklir. Uranium ini bisa digunakan untuk energi nuklir atau, pada tingkat pengayaan tertentu, dapat digunakan untuk membuat senjata nuklir.
Uranium yang digunakan dalam reaktor nuklir untuk pembangkit listrik biasanya diperkaya hingga sekitar 3-5%. Namun, untuk senjata nuklir, uranium perlu diperkaya hingga sekitar 90%, yang dikenal sebagai “senjata grade” uranium.
Dalam beberapa tahun terakhir, Iran telah mempercepat pengayaan uraniumnya, yang memicu kekhawatiran internasional, terutama dari negara-negara Barat. Mereka khawatir bahwa pengayaan uranium ini bisa menjadi langkah Iran untuk mengembangkan senjata nuklir, meskipun Iran sendiri menyatakan bahwa program nuklir mereka bersifat damai dan untuk kebutuhan energi.