Obrolan.id – Sidang Isbat Puasa 2025 adalah proses penetapan 1 Ramadan 1446 H dan menjadi momen yang dinantikan oleh umat Islam di Indonesia.
Penetapan ini sangat penting, karena menjadi acuan bagi seluruh umat Muslim di Indonesia dalam memulai ibadah puasa.
Jadwal sidang Isbat Puasa 2025 akan diselenggarakan pada 28 Februari 2025, dan melibatkan berbagai pihak terkait, termasuk Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag), Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), serta ahli falak.
Selain itu, perwakilan dari Mahkamah Agung dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) juga turut berperan dalam sidang ini.
Sidang Isbat ini menjadi sangat relevan bagi umat Islam, khususnya bagi warga Nahdlatul Ulama (NU), yang memiliki tradisi dan metode tersendiri dalam menentukan awal bulan hijriyah, termasuk untuk penentuan hari pertama puasa Ramadan.
Sidang Isbat Puasa 2025: Proses Penetapan Awal Ramadan 1446 H
Sidang Isbat yang akan digelar pada 28 Februari 2025 ini bertujuan untuk menetapkan tanggal 1 Ramadan 1446 H dengan mempertimbangkan berbagai metode.
Salah satu metode yang digunakan oleh NU adalah kombinasi antara hisab (perhitungan astronomi) dan rukyatul hilal (pengamatan hilal secara langsung). Keduanya digunakan untuk memastikan keakuratan dalam menentukan hari pertama Ramadan.
Pada hari tersebut, Sidang Isbat akan dipimpin oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar, dan dihadiri oleh berbagai perwakilan organisasi Islam, MUI, BMKG, ahli falak, serta pihak-pihak terkait lainnya.
Sidang Isbat Puasa 2025 ini tidak hanya melibatkan pengambilan keputusan secara teknis, tetapi juga merupakan sebuah forum musyawarah yang mempertemukan berbagai pandangan dan metode dalam penentuan awal bulan Ramadan.
Metode Penentuan Ramadan oleh Nahdlatul Ulama
Nahdlatul Ulama, sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, memiliki tradisi yang sangat kuat dalam menentukan awal bulan Hijriyah. Di dalam proses penentuan 1 Ramadan, NU mengandalkan dua metode yang saling melengkapi:
- Hisab (Perhitungan Astronomi)
Metode ini dilakukan dengan memanfaatkan ilmu perhitungan posisi hilal (bulan sabit muda) setelah terjadinya ijtimak (konjungsi). Ijtimak terjadi ketika posisi bulan berada tepat di antara matahari dan bumi. Hisab memberikan prediksi mengenai kemungkinan hilal terlihat di langit pada hari tersebut, namun hanya sebagai perkiraan awal. - Rukyatul Hilal Bil Fi’li (Pengamatan Hilal Secara Langsung)
Ini merupakan metode utama yang digunakan oleh NU dalam menentukan 1 Ramadan. NU menerjunkan tim khusus yang tersebar di berbagai titik pengamatan di Indonesia untuk mengamati hilal secara langsung. Jika hilal terlihat di salah satu lokasi, maka NU akan menetapkan 1 Ramadan pada hari tersebut. Namun, jika hilal tidak terlihat meskipun secara hisab diperkirakan terlihat, maka bulan Syaban akan digenapkan menjadi 30 hari, dan puasa Ramadan akan dimulai pada hari berikutnya.
Perkiraan Awal Puasa Ramadan 1446 H
Berdasarkan perhitungan astronomi, ijtimak yang menandai datangnya bulan Ramadan 1446 H diperkirakan terjadi pada Jumat, 28 Februari 2025, sekitar pukul 07.44 WIB.
Pada saat matahari terbenam pada hari tersebut, posisi hilal diperkirakan sudah cukup tinggi di atas ufuk. Ketinggiannya berkisar antara 3° 5,91′ hingga 4° 40,96′ dengan sudut elongasi antara 4° 47,03′ hingga 6° 24,14′, yang menunjukkan bahwa hilal dapat terlihat di beberapa wilayah Indonesia.
Namun, meskipun perhitungan astronomi menunjukkan kemungkinan hilal terlihat, NU tetap mengandalkan hasil pengamatan langsung yang dilakukan oleh tim rukyatul hilal di seluruh Indonesia.
Jika hilal terlihat di lokasi-lokasi pengamatan, maka NU diperkirakan akan menetapkan 1 Ramadan 1446 H pada Sabtu, 1 Maret 2025.
Jika hilal tidak terlihat, maka bulan Syaban akan digenapkan menjadi 30 hari, dan puasa Ramadan dimulai pada Minggu, 2 Maret 2025.
Sidang Isbat Puasa 2025 sebagai Proses Keputusan
Sidang Isbat Puasa 2025 merupakan forum penting dalam menentukan awal Ramadan. Proses sidang Isbat Puasa 2025 ini melibatkan tiga tahapan utama yang dijalani oleh para peserta sidang:
- Pemaparan Data Astronomi oleh BMKG
Tim dari BMKG akan memberikan pemaparan mengenai posisi hilal berdasarkan perhitungan astronomi. Ini termasuk informasi tentang ketinggian hilal, elongasi, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi visibilitas hilal di langit. - Laporan Hasil Rukyatul Hilal
Setelah itu, Kemenag akan menerima laporan mengenai hasil pengamatan hilal dari berbagai titik di seluruh Indonesia. Laporan ini akan diverifikasi untuk memastikan bahwa data yang diterima akurat. - Musyawarah dan Keputusan
Setelah mendengarkan pemaparan data dan hasil pengamatan, para peserta sidang akan melakukan musyawarah untuk mencapai mufakat. Keputusan yang diambil dari musyawarah ini akan diumumkan oleh Menteri Agama sebagai penetapan resmi mengenai awal Ramadan.
Peran Muhammadiyah dalam Penetapan Awal Ramadan
Selain NU, Muhammadiyah juga memiliki metode yang berbeda dalam menentukan awal Ramadan. Muhammadiyah mengandalkan metode hisab hakiki wujudul hilal, yang lebih fokus pada perhitungan astronomi dan tidak mengharuskan pengamatan hilal.
Berdasarkan metode ini, Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadan 1446 H jatuh pada hari Sabtu, 1 Maret 2025. Perbedaan ini menunjukkan adanya keragaman metode dalam menentukan awal Ramadan, namun kedua organisasi tetap berkomitmen untuk menjalankan ibadah puasa dengan penuh kesungguhan.
Sidang Isbat Puasa 2025 menjadi titik penting dalam menentukan awal Ramadan bagi umat Islam Indonesia, dan dengan adanya perbedaan metode antara NU dan Muhammadiyah, umat Islam di Indonesia akan menjalankan ibadah puasa dengan semangat persatuan meski terdapat perbedaan cara dalam menentukannya.
Sumber: detikcom