Obrolan.ID – Para petani di Subak Abasan, Desa Sembung, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, kini dihadapkan pada ancaman serius gagal panen akibat serangan hama Wereng Hijau yang melanda area persawahan mereka. Meski berbagai upaya pengendalian telah dilakukan, hasilnya belum menunjukkan perbaikan signifikan.
Salah satu petani setempat, Ketut Jolang, mengaku sangat khawatir dengan kondisi tanaman padinya. Ia menjelaskan bahwa sejak 20 hari lalu sawah miliknya yang baru berusia sekitar 30 hari masa tanam sudah mulai diserang oleh wereng hijau. Dari total lahan seluas 60 are yang digarapnya, separuhnya telah terdampak hama.
“Dari awal tanam sampai sekarang, pertumbuhan padi sangat terganggu. Daunnya berubah memutih, pangkal batang hingga akarnya memerah, dan akhirnya tanaman jadi lambat tumbuh. Parahnya lagi, bulir padi jadi tidak berisi,” ujarnya, baru-baru ini.
Menurut Jolang, jika tidak ada serangan hama Wereng Hijau, setiap satu are sawah bisa menghasilkan sekitar 70 kilogram gabah. Namun saat ini hasil panen masih menjadi tanda tanya besar. Ia mengaku sudah menyampaikan persoalan tersebut kepada ketua kelompok tani di wilayahnya.
Petani lainnya, Ketut Herman Budiasa, menyebut bahwa serangan hama Wereng Hijau kali ini merupakan yang paling parah dibanding kejadian-kejadian sebelumnya. Meski sudah mendapat bantuan obat-obatan dari Dinas Pertanian Badung, penyemprotan belum sepenuhnya membasmi hama tersebut.
“Penyuluh pertanian sudah datang dan memberikan pestisida, tapi sepertinya belum mempan. Selain wereng, kami juga harus menghadapi serangan tikus. Kalau tidak cepat ditangani, bisa gagal total,” tutur Herman dengan nada prihatin.
Menanggapi keluhan petani, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kabupaten Badung, I Wayan Wijana, mengatakan pihaknya telah mengerahkan Tim Unit Reaksi Cepat untuk turun langsung ke lapangan. Ia membenarkan adanya laporan gangguan organisme pengganggu tanaman, khususnya wereng hijau, di wilayah Subak Abasan.
“Kami melakukan pengendalian menggunakan pestisida jenis applaud dan baycarb. Penyemprotan dilakukan secara modern menggunakan drone sprayer yang mampu menjangkau hingga satu hektare lahan,” jelas Wijana.
Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa bantuan pestisida sudah diberikan untuk menangani total lahan seluas 6 hektare. Meski begitu, Disperpa masih akan terus memantau kondisi lapangan dan menindaklanjuti laporan tambahan dari petani yang masih mengalami serangan.
“Kami punya petugas khusus yang menangani organisme pengganggu tanaman. Jika ada lahan yang belum tertangani optimal, akan segera kami tindaklanjuti. Kami berkomitmen agar petani tidak mengalami kerugian besar,” kata Wijana.
Serangan hama yang datang bersamaan dengan musim tanam ini menjadi tantangan tersendiri bagi para petani di Badung. Mereka berharap adanya solusi yang cepat dan efektif agar hasil panen mendatang tetap bisa memenuhi kebutuhan ekonomi dan pangan keluarga.












