Obrolan.ID – Ketegangan memuncak di Jalur Gaza setelah sejumlah quadcopter militer Israel terbang rendah dan mengepung Rumah Sakit Indonesia, salah satu fasilitas medis utama di wilayah utara Gaza.
Kehadiran drone-drone itu menciptakan situasi yang sangat mencekam, memperparah ancaman serangan darat besar-besaran yang tengah disiapkan militer Israel.
Menurut laporan eksklusif Al Jazeera, selain menggunakan artileri dan senapan mesin berat, militer Israel kini mengandalkan teknologi udara dalam bentuk quadcopter untuk memata-matai dan mengintimidasi petugas medis serta pasien.
“Mereka berputar-putar di atas Rumah Sakit Indonesia, membuat siapa pun takut untuk keluar atau masuk. Tidak ada ambulans yang bisa lewat, tidak ada korban luka yang dapat dibawa ke dalam,” ungkap reporter Al Jazeera.
Di tengah situasi ini, ribuan pasien dan warga sipil terjebak dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.
Abu Silmiyeh, seorang dokter yang bertugas di Rumah Sakit Al Shifa, menggambarkan betapa krisis kemanusiaan di Gaza telah mencapai titik kritis.
Ia menyebut bahwa Rumah Sakit Indonesia, yang dulunya menjadi salah satu penopang utama pelayanan medis di Gaza Utara, kini hampir lumpuh total.
“Ini berdampak langsung pada angka kematian karena banyak pasien tidak mendapat perawatan yang layak,” ujarnya.
Dengan jumlah korban luka terus bertambah, Rumah Sakit Al Shifa kewalahan.
“Kami bahkan mulai mendirikan tenda darurat. Kamar untuk empat pasien kini terisi delapan orang. Sumber daya kami sangat terbatas—baik tenaga medis maupun perlengkapan medis,” lanjutnya.
Ia juga menekankan kebutuhan mendesak akan suplai darah untuk merawat para korban.
Sementara itu, di sisi diplomatik, utusan khusus Presiden AS untuk Timur Tengah, Avi Witkoff, mengakui bahwa kondisi di Gaza sangat mengkhawatirkan.
Dalam wawancara dengan ABC News, ia menyatakan bahwa seluruh dunia mengamati krisis ini dengan cemas.
“Tantangan logistik besar. Pertanyaannya sekarang: bagaimana cara menyalurkan truk bantuan ke Gaza dan mendirikan posko medis?” katanya.
Witkoff menambahkan bahwa Washington sedang menyiapkan berbagai inisiatif, termasuk dapur keliling, untuk membantu warga Gaza yang terisolasi.
Meski begitu, ia mengingatkan bahwa jalan menuju bantuan tidak mudah. “Medan sangat berbahaya. Banyak peluru yang belum meledak berserakan di berbagai titik. Setiap langkah harus sangat hati-hati.”
Di tengah semua itu, harapan tetap terpaut pada keberlanjutan bantuan internasional dan tekanan diplomatik agar konflik segera dihentikan.
Namun, selama quadcopter dan pasukan bersenjata terus mengepung Rumah Sakit Indonesia, nyawa ribuan orang masih terancam setiap detiknya.