Obrolan – Puma (PUMG.DE) mengumumkan langkah drastis dengan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 500 karyawan di seluruh dunia.
Keputusan ini diungkapkan oleh Kepala Keuangan Markus Neubrand, yang menjelaskan bahwa PHK tersebut merupakan hasil dari kurang menguntungkannya beberapa toko mereka.
Keputusan ini diambil setelah laporan kinerja keuangan perusahaan yang diumumkan pada Januari 2025 menunjukkan angka penjualan dan laba yang jauh dari harapan.
Selama tahun 2024, penjualan tahunan Puma hanya mencatatkan kenaikan sebesar 4,4 persen, mencapai angka 8,82 miliar euro (setara dengan US$9,62 miliar).
Kinerja yang buruk ini turut berdampak pada harga saham Puma, yang anjlok sebesar 23 persen menjadi 21,90 euro—terendah sejak November 2016.
Penurunan penjualan ini memunculkan kekhawatiran akan kemampuan Puma untuk bersaing dengan raksasa olahraga seperti Adidas dan Nike, serta merek pesaing baru seperti On Running dan Hoka.
Di tengah tantangan yang dihadapi di pasar Amerika Serikat akibat ketidakpastian ekonomi, CEO Puma, Arne Freundt, mengungkapkan bahwa konsumen mereka di Amerika enggan berbelanja karena situasi ekonomi yang tidak menentu.
“Februari sangat buruk, namun Maret mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan,” ujarnya dalam sebuah konferensi pers dikutip dari CNN.
Meskipun menghadapi berbagai kesulitan, Puma tetap optimistis dan berencana untuk meluncurkan hingga 6 juta pasang sepatu kets “Speedcat” di pasar global.