Mantan Bidan Bongkar Modus Dokter Kandungan Cabul di Garut

favicon
Video Rekaman CCTV Dokter Viral

Obrolan.id – Kasus dugaan pelecehan seksual oleh seorang dokter kandungan cabul di Garut kembali mencuat ke permukaan setelah pengakuan mengejutkan datang dari mantan bidan pendamping yang pernah bekerja bersamanya.

Dalam curahan hatinya, sang bidan mengungkap berbagai perilaku menyimpang dokter tersebut yang selama ini ia pendam sejak tahun 2023.

Pengakuan tersebut disampaikan kepada dr. Listya dan kemudian diunggah ulang oleh drg. Mirzan melalui media sosial.

Bidan itu menyatakan bahwa ia sempat mengumpulkan bukti-bukti terkait tindakan tak senonoh dari dokter kandungan cabul bernama M. Syafril Firdaus, namun baru berani berbicara sekarang karena sebelumnya takut kehilangan pekerjaan.

“Alhamdulillah saya baik-baik saja dok, tapi saya memendam ini sejak 2023. Ingin bicara tapi bingung mulai dari mana, saya hanya seorang bidan dan khawatir jika ini berdampak pada karier saya,” tulis bidan tersebut dalam pesan curhatnya.

Menurut pengakuannya, perilaku menyimpang dokter itu sudah tampak sejak awal ia bekerja. Dokter kandungan cabul tersebut kerap mendekati semua staf tanpa pandang bulu, mulai dari admin, perawat, hingga bidan, baik yang masih lajang maupun yang telah berkeluarga.

“Saya juga jadi korban di minggu-minggu awal kerja. Dia sering chat, nungguin saya pulang. Sampai saya takut keluar rumah sakit. Tapi setelah tahu saya punya koneksi dengan dokter senior di Garut, dia mulai jaga jarak,” ungkapnya.

Bidan ini juga membeberkan modus operandi yang digunakan sang dokter untuk mendekati para pasien. Semua bermula setelah sesi pemeriksaan, di mana pasien diajak foto bersama, dan nomor WhatsApp mereka diambil dari buku pendaftaran.

Selanjutnya, pasien akan dikirimi foto bareng tersebut dan diminta mengunggahnya di media sosial sambil menandai akun pribadi dokter.

Dari situ, dokter mulai mengirim pesan pribadi, berpura-pura basa-basi soal tempat wisata atau makanan lokal, sebelum mulai merayu dengan tawaran USG gratis. Inilah awal dari tindakan pelecehan yang lebih jauh.

“Pasien yang sudah dia jebak dengan iming-iming USG gratis biasanya disuruh datang terakhir, tanpa mendaftar, cukup bilang sudah ada janji. Jika datang seperti itu, kemungkinan besar akan menjadi korban,” jelas bidan tersebut.

Ia juga mengungkap bahwa setiap kali ada pasien dengan janji USG gratis, dirinya selalu diminta pulang lebih awal. Hal ini diduga agar tidak ada saksi mata saat kejadian tak senonoh berlangsung.

Bahkan, ia pernah dimarahi keluarga pasien karena dianggap membiarkan kejadian tersebut, padahal ia tidak berada di lokasi saat itu.

“Saya pernah dimaki-maki keluarga pasien, dibilang pelacur dan sebagainya. Padahal saya tidak tahu apa-apa, dokter sudah pulang waktu itu,” ujarnya.

Selama bekerja di dua tempat—klinik dan rumah sakit—ia menyebut mayoritas kasus terjadi di klinik. Di rumah sakit, dokter kandungan cabul itu lebih berhati-hati karena pengawasan lebih ketat. Namun tetap saja, tindakan yang tidak etis masih terjadi meskipun dalam skala lebih kecil.

Karena merasa bersalah dan lelah secara mental, bidan ini akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri. Ia mengaku tidak sanggup menanggung beban moral atas apa yang terjadi.

“Saya resign karena capek secara mental. Saya merasa berdosa, apalagi selalu saya yang dihubungi kalau ada apa-apa. Saya perkirakan korbannya lebih dari seratus,” tegasnya.

Tak hanya itu, ia juga mengkritik kompetensi dokter kandungan cabul tersebut dalam melakukan tindakan medis, terutama pemeriksaan dalam (PD) saat persalinan yang dinilainya terlalu lama dan membuat pasien merasa tidak nyaman.

“Kalau PD itu lama sekali, sampai pasien risih dan gelisah. Saya ragu soal profesionalitasnya,” pungkas sang bidan.

Kasus ini semakin memperkuat desakan agar otoritas kesehatan dan penegak hukum segera mengambil tindakan tegas terhadap dokter kandungan cabul tersebut.

Pengakuan mantan rekan kerja menjadi bukti penting untuk mengungkap lebih dalam praktik bejat yang telah lama tersembunyi di balik jas putih.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi. Bila ingin mengutip silahkan menggunakan link aktif mengarah pada domain Obrolan.id.