Lilie Wijayati, Mamak Pendaki yang Menginspirasi

favicon
Lilie Wijayati, Mamak Pendaki

Obrolan – Lilie Wijayati bukan sekadar perancang busana berbakat, tetapi juga seorang pendaki gunung yang penuh semangat.

Kecintaannya pada alam telah membawanya menaklukkan berbagai puncak di Indonesia, menjadikannya sosok inspiratif bagi banyak orang.

Melalui akun Instagramnya @mamakpendaki, Lilie kerap membagikan pengalaman pendakiannya, termasuk saat menaklukkan Gunung Dukono (1.335 mdpl) di Maluku Utara, Gunung Kelud (1.731 mdpl) di Jawa Timur, hingga Puncak Gunung Slamet (3.432 mdpl).

Dedikasinya terhadap dunia pendakian semakin kuat seiring bertambahnya usia, hingga akhirnya ia menantang dirinya untuk mencapai Carstensz Pyramid, salah satu dari Tujuh Puncak Dunia (Seven Summits).

Kecintaan pada Alam Sejak Muda

Lilie telah mencintai alam sejak usia muda. Hobinya mendaki semakin berkembang saat ia mulai menjelajahi gunung bersama sahabatnya, Elsa Laksono.

Sebagai seorang fashion designer yang menetap di Bandung, Lilie menemukan kebahagiaan di alam bebas.

Di usia 50 tahun, ia semakin serius dalam pendakian. Baginya, mendaki bukan hanya tantangan fisik, tetapi juga cara menemukan ketenangan dan kebahagiaan.

Bersama Elsa, ia berhasil mendaki berbagai puncak tinggi di Indonesia, termasuk Gunung Semeru dan Gunung Slamet.

“Alam adalah playground kami. Entah mengapa kalau di alam kami bisa bergembira seperti menari-nari di trek, lupa semua masalah. Kami memang bukan Dancing Queen, tapi kami adalah Hiking Queen,” tulisnya dalam sebuah unggahan di Instagram.

Ekspedisi Terakhir: Pendakian ke Puncak Carstensz

Pada Februari 2025, Lilie bergabung dalam ekspedisi menuju Carstensz Pyramid, gunung tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 4.884 mdpl.

Pendakian ini diikuti oleh sepuluh pendaki dari berbagai negara, termasuk Rusia dan Turki, serta dipandu oleh lima orang pemandu profesional.

Rombongan menggunakan helikopter hingga Lembah Kuning, yang menjadi titik awal pendakian menuju puncak. Namun, cuaca ekstrem dan suhu yang sangat dingin mulai menjadi tantangan berat.

Saat mendekati puncak, Lilie dan Elsa mengalami gejala hipotermia—suhu tubuh mereka turun drastis, menyebabkan kondisi tubuh melemah.

Meski tim ekspedisi telah berusaha memberikan pertolongan, cuaca buruk menghambat upaya penyelamatan.

Lilie dan Elsa akhirnya menghembuskan napas terakhir di Lembah Kuning, sebelum berhasil mencapai puncak impian mereka.

Hipotermia dan Risiko di Ketinggian

Lilie dan Elsa bukan satu-satunya yang mengalami hipotermia. Tiga pendaki lain dalam rombongan juga mengalami kondisi serupa, tetapi berhasil diselamatkan dan mendapatkan perawatan medis.

Menurut Andreas Harsono, jurnalis dan teman SMA Lilie, keduanya meninggal karena kedinginan di ketinggian.

“Lilie Wijayati dan Elsa Laksono, keduanya berusia 60 tahun, meninggal dunia karena hipotermia di Puncak Carstensz, dekat Timika, Papua. Lilie adalah perancang busana di Bandung, sementara Elsa seorang dokter gigi di Jakarta. Mereka alumni SMA Dempo Malang tahun 1984,” tulis Andreas di media sosial.

Jenazah Lilie dan Elsa kemudian dievakuasi ke Mimika sebelum diserahkan kepada keluarga masing-masing.

Cuaca Ekstrem dan Risiko AMS (Acute Mountain Sickness)

Pendakian di ketinggian seperti Carstensz Pyramid memiliki risiko besar, terutama terkait AMS (Acute Mountain Sickness) atau penyakit ketinggian. AMS terjadi akibat rendahnya kadar oksigen di dataran tinggi, yang bisa menyebabkan sakit kepala, mual, sesak napas, hingga kehilangan kesadaran.

Kondisi cuaca ekstrem, kurangnya oksigen, serta suhu yang bisa mencapai di bawah nol derajat Celsius menjadi faktor utama yang berkontribusi pada tragedi ini. Oleh karena itu, persiapan yang matang, aklimatisasi yang cukup, dan peralatan pendakian yang memadai sangat penting untuk meminimalkan risiko.

Lilie Wijayati: Inspirasi yang Tak Pernah Padam

Kepergian Lilie Wijayati meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, teman, dan komunitas pendaki. Ia bukan hanya seorang petualang, tetapi juga sosok yang terus menginspirasi banyak orang untuk berani mengejar impian dan menikmati keindahan alam.

Pendakian terakhirnya ke Puncak Jaya menjadi bukti kegigihan dan semangatnya yang luar biasa. Meskipun ia tidak berhasil mencapai puncak, warisannya dalam dunia pendakian akan terus hidup dalam kenangan banyak orang.

Selamat jalan, Mamak Pendaki. Namamu akan selalu dikenang sebagai sosok yang berani, penuh semangat, dan menginspirasi.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi. Bila ingin mengutip silahkan menggunakan link aktif mengarah pada domain Obrolan.id.