Khutbah Jumat Bulan Dzulhijjah 1446 H: Membangun Kesalehan Sosial dan Spiritual

favicon
Khutbah Jumat Bulan Dzulhijjah

Obrolan.ID – Dalam khutbah Jumat bulan Dzulhijjah 1446 Hijriah yang bertepatan dengan tahun 2025, umat Islam diajak untuk lebih mendalami nilai-nilai luhur yang terkandung dalam ibadah kurban.

Khutbah ini menjadi momentum penting untuk merefleksikan semangat pengorbanan yang telah dicontohkan para nabi, terutama Nabi Ibrahim AS.

Bulan Dzulhijjah dikenal sebagai salah satu bulan paling mulia dalam kalender hijriah. Di bulan inilah umat Islam menunaikan berbagai ibadah besar, seperti haji dan kurban.

Lebih dari sekadar menyembelih hewan, kurban merupakan simbol ketundukan dan ketaatan mutlak kepada Allah SWT. Oleh karena itu, pesan yang disampaikan dalam khutbah Jumat bulan Dzulhijjah menekankan pentingnya memahami kurban sebagai manifestasi keikhlasan dan cinta kepada Sang Pencipta.

Umat Islam diingatkan bahwa setiap ibadah yang dilakukan, termasuk kurban, bukan hanya bersifat simbolik, tetapi juga memiliki nilai transformatif dalam kehidupan pribadi dan sosial.

Sebagaimana Nabi Ibrahim rela mengorbankan putranya demi menjalankan perintah Allah, kita pun dituntut untuk rela mengorbankan hal-hal yang dicintai demi meraih ridha-Nya.

Dalam naskah khutbah Jumat bulan Dzulhijjah yang disusun oleh H. Muhammad Faizin, Sekretaris PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung, terdapat penekanan bahwa berkurban adalah bentuk nyata dari kepatuhan dan rasa syukur.

Ibadah ini menjadi media untuk membersihkan hati, menguatkan solidaritas sosial, serta mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Kautsar ayat 2, “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah.” Ayat ini menegaskan bahwa kurban bukan hanya sebuah rutinitas tahunan, melainkan perintah langsung yang sarat makna. Ketaatan dalam melaksanakan kurban sejatinya adalah wujud dari keimanan yang sejati dan takwa yang mendalam.

Khatib juga mengingatkan bahwa takwa merupakan bekal terbaik dalam hidup. Ketakwaan tersebut dibuktikan dengan kemauan untuk melaksanakan perintah Allah, termasuk dalam hal berkurban. Dalam Al-Baqarah ayat 197 disebutkan, “Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” Oleh karena itu, khutbah ini mengajak jamaah untuk menjadikan ibadah kurban sebagai salah satu jalan menuju ketakwaan yang hakiki.

Makna kurban juga mencerminkan dua dimensi penting dalam Islam, yaitu hubungan vertikal dan horizontal. Vertikal dalam arti mendekatkan diri kepada Allah, dan horizontal sebagai bentuk kepedulian sosial melalui pembagian daging kurban kepada masyarakat yang membutuhkan. Dimensi ini menjadikan ibadah kurban sebagai sarana penyucian jiwa sekaligus penguat ukhuwah Islamiyah.

Dalam khutbah Jumat bulan Dzulhijjah kali ini, disampaikan pula pandangan para ulama mengenai hukum kurban. Mayoritas ulama seperti Imam Malik dan Imam Syafi’i memandangnya sebagai sunnah muakkadah, sementara Imam Abu Hanifah menilai kurban wajib bagi yang mampu dan tidak sedang bepergian. Nabi Muhammad SAW sendiri tidak pernah meninggalkan ibadah ini sepanjang hidupnya sejak ia disyariatkan.

Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan Ibnu Majah melalui Aisyah RA menegaskan betapa besar nilai kurban di sisi Allah SWT: “Tidak ada amal yang lebih dicintai Allah pada hari raya Idul Adha selain menyembelih hewan kurban. Sesungguhnya darah kurban akan sampai kepada Allah sebelum menetes ke tanah.” Ini menunjukkan betapa Allah sangat memuliakan ibadah ini.

Khatib juga mengingatkan jamaah agar berhati-hati dalam menjaga niat. Ibadah kurban yang dilakukan dengan niat riya atau demi mendapatkan pujian dari manusia akan kehilangan makna spiritualnya. Niat yang lurus dan ikhlas menjadi kunci agar kurban kita diterima di sisi Allah SWT.

Akhirnya, khutbah ini menjadi seruan moral bagi seluruh umat Islam untuk menjadikan momen Dzulhijah sebagai waktu memperkuat iman dan kepedulian sosial. Dengan meneladani Nabi Ibrahim, kita diajak untuk tidak hanya berkorban secara materi, tetapi juga berkorban ego, waktu, dan kenyamanan demi tegaknya ajaran Islam.

Mari jadikan khutbah Jumat bulan Dzulhijjah sebagai pengingat bahwa setiap tetes darah kurban yang tulus akan menjadi bukti cinta dan penghambaan sejati kepada Allah. Semoga kita semua termasuk golongan orang-orang yang mampu merealisasikan pengorbanan dalam kehidupan nyata dan memperoleh derajat takwa yang sejati.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi. Bila ingin mengutip silahkan menggunakan link aktif mengarah pada domain Obrolan.id.