Kalung Kehormatan Guru Besar Muncul di Wisuda SMK Swasta Purwokerto

Avatar photo
Kalung Kehormatan Guru Besar

Obrolan.ID – Sedang menjadi topik perbincangan publik tentang kalung kehormatan guru besar yang muncul dalam acara wisuda SMK Swasta Purwokerto.

Di tengah sorotan publik terhadap larangan wisuda untuk jenjang pendidikan di bawah perguruan tinggi, sebuah SMK swasta di Kecamatan Purwokerto justru menjadi perhatian karena menggelar acara pelepasan siswa dengan skala besar yang menyerupai wisuda perguruan tinggi.

SMK Citra Bangsa Mandiri, nama sekolah tersebut, menyelenggarakan acara perpisahan yang mewah, lengkap dengan jubah, toga, dan atribut lainnya.

Kendati demikian, Dinas Pendidikan setempat tidak menyoroti acara tersebut secara hukum, sebab larangan pungutan biaya untuk acara wisuda hanya diberlakukan bagi sekolah negeri.

Sementara itu, sekolah swasta seperti SMK ini berada di bawah pengawasan yayasan pendidikan masing-masing.

Namun, yang menjadi bahan perbincangan hangat warganet bukanlah soal mewahnya acara ataupun biayanya, melainkan penampilan para guru dan kepala sekolah yang mengenakan atribut akademik lengkap.

Dalam video yang dibagikan oleh akun Instagram @nur.anisa2298, terlihat jelas bahwa para pengajar memakai jubah, toga, dan bahkan kalung kehormatan guru besar.

“Padahal kepala sekolahnya lulusan S1 dan bukan seorang guru besar,” tulis pemilik akun dalam narasi videonya.

Ia mempertanyakan keabsahan dan kepatutan penggunaan atribut yang umumnya hanya digunakan dalam prosesi resmi di lingkungan perguruan tinggi, terutama oleh dosen bergelar profesor.

“Kalung seperti itu hanya dipakai oleh guru besar dalam upacara akademik. Apa dasarnya guru-guru di SMK mengenakan atribut simbolik seperti itu, seolah-olah mereka adalah rektor atau dekan?” tambahnya dalam kritik yang ditujukan secara langsung.

Warganet tersebut juga menyoroti pentingnya pemahaman para pendidik terhadap nilai simbolik dari atribut akademik.

Ia menilai bahwa tindakan tersebut mencoreng makna asli dari simbol akademik seperti jubah, toga, dan kalung kehormatan guru besar, yang seharusnya dijaga kehormatannya.

“Sebagai pendidik, seharusnya mereka memahami makna di balik simbol-simbol tersebut. Bila simbol akademik digunakan sembarangan dan di luar konteksnya, maka yang terjadi adalah distorsi publik terhadap nilai-nilai pendidikan,” tuturnya dengan nada kritis.

Ia menambahkan bahwa penggunaan simbol akademik tanpa dasar yang sah dapat berdampak buruk terhadap persepsi publik tentang integritas dan etika dalam dunia pendidikan.

“Makna pendidikan akan kehilangan esensinya bila dijadikan sekadar ornamen dalam acara seremoni tanpa dasar akademik yang kuat,” pungkasnya.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi. Bila ingin mengutip silahkan menggunakan link aktif mengarah pada domain Obrolan.id.