Heboh Kasus Pertamax Oplosan, Konsumen Merasa Tertipu

favicon
HMI Minta Pertamina Hentikan Penjualan Pertamax

Obrolan – Kasus Pertamax oplosan mengejutkan konsumen yang merasa tertipu. Dugaan pengoplosan BBM ini memicu kekecewaan dan kekhawatiran terhadap kualitas bahan bakar.

Belakangan ini sedang heboh kasus Pertamax oplosan hingga membuat sebagian konsumen merasa tertipu.

Kasus Pertamax oplosan ini bermula dari terbongkarnya dugaan korupsi yang melilit PT Pertamina Patra Niaga dengan modus mengoplos bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite menjadi Pertamax.

Konsumen yang mengetahui kabar kasus Pertamax oplosan di berbagai daerah merasa dirugikan dengan adanya dugaan BBM oplosan.

Kasus ini terungkap setelah munculnya dugaan korupsi terkait dengan pengelolaan minyak mentah dan produk kilang oleh PT Pertamina Patra Niaga.

Modus yang dilakukan adalah dengan mencampur bahan bakar Pertalite dengan Pertamax untuk menghasilkan BBM dengan kualitas yang lebih rendah dari yang dijanjikan.

Informasi ini menyulut reaksi keras dari konsumen yang selama ini memilih Pertamax dengan harapan mendapatkan bahan bakar berkualitas tinggi.

Tria Syafaatun, seorang konsumen setia Pertamax sejak 2017, mengungkapkan kekecewaannya setelah mengetahui kasus tersebut. Ia merasa telah dibohongi oleh pihak yang seharusnya menjaga kualitas bahan bakar yang dijual.

“Saya memilih Pertamax karena menganggap kualitasnya lebih baik untuk mesin motor saya, tapi sekarang saya merasa dirugikan,” ujar Tria, dikutip dari Tempo pada, Rabu 26 Februari 2025.

Tria menambahkan bahwa ia khawatir dengan kualitas BBM yang telah tercampur dengan bahan lain dan berpotensi merusak mesin kendaraan.

Ia pun mempertimbangkan untuk beralih menggunakan Pertalite jika tidak ada bukti yang memastikan bahwa Pertamax sudah tidak dicampur lagi.

Kekesalan serupa juga datang dari Shalvia Shahya Sahitya, warga Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Shalvia mengatakan bahwa selama ini ia memilih Pertamax karena stok Pertalite yang terbatas dan sulit ditemukan di daerahnya.

“Sebenarnya saya marah, karena saya niatnya membantu pemerintah dengan membeli BBM non-subsidi, tetapi malah merasa ditipu,” keluh Shalvia.

Ia menambahkan, meskipun kecewa, ia masih terpaksa menggunakan Pertamax karena di daerahnya Pertalite sulit diperoleh.

Reaksi kekecewaan masyarakat semakin viral di media sosial. Banyak pengguna yang merasa ditipu dan mengungkapkan perasaan kecewa mereka di platform X.

Beberapa postingan bahkan menyebutkan bahwa harga Pertalite yang dijual di SPBU sudah setara dengan harga Pertamax, yang semakin menambah rasa tidak puas konsumen terhadap kebijakan yang ada.

Sebelumnya, Kejaksaan Agung telah menetapkan beberapa petinggi PT Pertamina sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi pengelolaan BBM, yang melibatkan praktik blending atau pengoplosan antara Pertamax dan Pertalite.

Dalam kasus ini, PT Pertamina Patra Niaga membeli BBM dengan kualitas lebih rendah (RON 90 atau lebih rendah), namun dibayar seolah-olah membeli BBM RON 92 yang seharusnya.

Hasilnya, Pertamina Patra Niaga melakukan blending di depot untuk menghasilkan BBM yang seharusnya memiliki standar RON 92.

Pertamina Tanggapi Isu Kasus Pertamax Oplosan

Menanggapi masalah ini, Fadjar Djoko Santoso, Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), memastikan bahwa kualitas BBM yang dijual kepada masyarakat tetap sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan oleh Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) Kementerian ESDM.

Fadjar menegaskan bahwa PT Pertamina telah melakukan pengecekan kualitas BBM secara rutin dan tidak ada yang beredar di masyarakat yang tidak sesuai standar.

Namun, meskipun ada jaminan dari pihak Pertamina, konsumen masih merasa ragu dan membutuhkan bukti lebih lanjut untuk memulihkan kepercayaan mereka terhadap kualitas BBM yang dijual.

Banyak pihak yang mendesak agar ada uji kualitas BBM yang lebih transparan dan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.

Kasus Pertamax oplosan ini menjadi pengingat bagi konsumen untuk lebih berhati-hati dalam memilih bahan bakar dan selalu mengutamakan transparansi dalam pengelolaan produk yang beredar di pasaran.

Masyarakat juga berharap agar pihak berwenang segera mengungkapkan fakta lebih jelas mengenai kualitas BBM yang beredar, sehingga kepercayaan konsumen terhadap produk PT Pertamina dapat kembali pulih.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi. Bila ingin mengutip silahkan menggunakan link aktif mengarah pada domain Obrolan.id.