Obrolan.ID – Sorak-sorai menggema di Lapangan Santo Petrus saat kabar yang dinanti akhirnya terdengar: Habemus Papam! Kardinal Robert Francis Prevost resmi terpilih sebagai Paus baru dalam konklaf 2025 yang bersejarah di Vatikan.
Pria kelahiran Chicago berusia 69 tahun ini memilih nama kepausan Leo XIV, menandai babak baru dalam sejarah Gereja Katolik Roma.
Pengumuman resmi disampaikan oleh Kardinal senior Dominique Mamberti dari balkon ikonik Basilika Santo Petrus.
Ribuan umat yang telah menantikan hasil konklaf langsung bersorak ketika mendengar pengucapan kalimat sakral dalam bahasa Latin: Habemus Papam!
Dalam pidato perdananya sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik, Paus Leo XIV menyapa umat dengan kalimat menyentuh, “Semoga damai menyertai kalian semua.”
Momen tersebut menjadi titik balik bagi Gereja global pasca wafatnya Paus Fransiskus beberapa pekan sebelumnya.
Makna di Balik “Habemus Papam”
Frasa Latin Habemus Papam, yang berarti “Kita memiliki seorang Paus!”, adalah pengumuman resmi dari Takhta Suci setelah seorang Paus baru terpilih dalam konklaf.
Kata-kata ini tak hanya menjadi simbol tradisi, tetapi juga menjadi seruan harapan baru bagi lebih dari satu miliar umat Katolik di seluruh dunia.
Ungkapan tersebut diikuti oleh pengumuman nama asli paus terpilih serta nama kepausan yang ia pilih untuk masa jabatannya.
Sama seperti ketika Jorge Mario Bergoglio diumumkan sebagai Paus Fransiskus pada 2013, pernyataan Habemus Papam kembali menggema, kini mengiringi terpilihnya paus pertama asal Amerika Serikat dalam sejarah Gereja.
Asap Putih di Atas Kapel Sistina
Pertanda awal bahwa pemilihan telah selesai terlihat saat asap putih mengepul dari cerobong Kapel Sistina, tepat pada hari kedua konklaf.
Tanda visual ini menandakan bahwa para kardinal, yang sejak 7 Mei dikurung dalam proses pemilihan rahasia, telah mencapai konsensus.
Sebanyak 133 kardinal dari berbagai negara berkumpul dan menjalani prosedur ketat: menyerahkan perangkat elektronik, menyegel jendela, dan menghindari segala bentuk pengawasan, termasuk dari drone.
Suasana dijaga sepenuhnya tertutup demi menjaga kerahasiaan proses konklaf.
Untuk dapat diangkat sebagai Paus, seorang kandidat harus mengantongi dua pertiga suara atau 89 suara dari total kardinal yang hadir.
Setelah itu, ia diminta menyatakan kesediaan menerima jabatan suci tersebut dan menentukan nama kepausannya.
Pemilihan ini digelar menyusul wafatnya Paus Fransiskus pada 21 April dalam usia 88 tahun akibat stroke dan gagal jantung.
Lebih dari 250.000 peziarah hadir dalam misa pemakaman yang berlangsung penuh haru pada 27 April.
Dunia kini mengalihkan pandangan kepada Leo XIV, yang diharapkan mampu melanjutkan reformasi Gereja dan membawa semangat baru.
Dengan terpilihnya Robert Francis Prevost, wajah kepemimpinan Gereja Katolik berubah drastis.
Dalam konteks modern dan global, kehadiran Paus asal Amerika ini menjadi cermin keterbukaan Gereja terhadap perubahan zaman. Habemus Papam, dan dengan itu, babak baru pun dimulai.