Curahan Hati Fanny Kondoh, Istri Papa Udon: Kisah Haru Kehilangan Suami di Tengah Kehamilan Pertama

favicon
Papa Udon Siapa? Suami Fanny Kondoh

Obrolan – Kisah haru datang dari Fanny Kondoh, selebgram sekaligus istri dari almarhum Hajime Kondoh, yang dikenal sebagai Papa Udon, mantan Presiden Direktur restoran ternama di Indonesia. Belum lama ini, Fanny membagikan curahan hatinya dalam tayangan YouTube Denny Sumargo yang membuat banyak orang tersentuh dan terharu. Dalam cerita tersebut, Fanny mengungkapkan betapa beratnya perjuangannya saat mengandung anak pertama di tengah kehilangan suami tercinta.

Fanny Kondoh bercerita tentang permintaan suaminya yang sangat ingin memiliki anak, meskipun saat itu kondisi kesehatannya sudah sangat buruk. “Dia (suami) minta-minta anak terus ke aku,” ujar Fanny, mengenang permintaan terakhir sang suami. Pada saat itu, Fanny sempat ragu untuk memenuhi keinginan suaminya karena dokter telah memvonis bahwa Hajime hanya memiliki waktu hidup yang terbatas.

Namun, karena keinginan sang suami, Fanny Kondoh akhirnya setuju untuk melakukan program kehamilan meskipun ada banyak rintangan yang harus dihadapi. Salah satu tantangan besar yang dihadapi adalah peraturan pemerintah yang mengatur prosedur transfer embrio. Fanny menjelaskan, “Dokter bilang nggak bisa kalau suami meninggal. Harus dua-duanya bersama, aturan negara. Meninggal atau cerai (nggak bisa embrio transfer). Makanya aku ngejar waktu.”

Proses embrio transfer tersebut dilaksanakan dengan penuh harapan dan doa. Fanny mengenang bagaimana saat menjalani prosedur tersebut, dirinya berada di ruang transfer embrio sementara suaminya dirawat di ruang lain. “Dokternya pas embrio transfer bilang ‘Bismillah semoga kamu gantiin papamu ya jagain mama’. Aku di ruang embrio transfer sendiri, suamiku dirawat,” kata Fanny, mengenang momen penuh haru tersebut.

Fanny Kondoh, Istri Papa Udon

Dalam kesedihannya, Fanny juga mengingat momen ketika sang suami yang tengah sakaratul maut mengelus perutnya dan memberikan doa yang begitu menyentuh hati. “Ketika dia sakaratul maut, dia touch my belly, dia bilang begini, ‘Ya Allah lindungilah anak dan istriku. I’m okay if I have to go, but protect my wife and my baby’,” ungkap Fanny sambil menahan tangis. Momen tersebut menjadi kenangan yang tak terlupakan, meskipun saat itu Fanny belum tahu apakah dirinya benar-benar hamil atau tidak.

Yang lebih mengejutkan adalah bahwa meskipun saat itu kehamilannya masih belum terkonfirmasi, sang suami sudah mempersiapkan segalanya, termasuk nama untuk buah hati mereka. Fanny menyampaikan dengan suara terbata-bata, “Dia tahu aku akan hamil dan dia sudah prepare nama yang pakai kanjinya apa.” Nama yang dipilih adalah “Kazuki”, yang memiliki arti ketenangan dan kebahagiaan bagi seluruh orang yang mendengarnya.

Fanny mengungkapkan bahwa suaminya sudah merencanakan nama tersebut dengan penuh cinta, meskipun hanya seminggu setelah prosedur transfer embrio dan sebelum hasil kehamilan diketahui. “Namanya Kazuki, artinya ketenangan, kebahagiaan buat seluruh orang,” katanya sambil menahan air mata.

Fanny Kondoh kini harus menjalani hidupnya tanpa kehadiran sang suami, yang meninggal pada 15 Oktober 2024 setelah berjuang melawan kanker kandung kemih. Meskipun suaminya telah tiada, Fanny merasa bahwa kenangan dan doa suaminya tetap hidup dalam hatinya serta dalam kehidupan anak yang tengah dikandungnya.

Kisah Fanny Kondoh ini menjadi sebuah cerita yang menyentuh banyak orang. Perjuangannya sebagai seorang istri yang setia, seorang wanita yang penuh kasih sayang, dan seorang ibu yang kuat, memberikan inspirasi dan pelajaran tentang cinta sejati dan ketabahan dalam menghadapi ujian hidup. Semoga kebahagiaan dan ketenangan yang diharapkan sang suami melalui nama Kazuki dapat menjadi kenyataan untuk Fanny dan anak mereka.

Sumber: Insertlive

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi. Bila ingin mengutip silahkan menggunakan link aktif mengarah pada domain Obrolan.id.