Obrolan – Inilah biodata Hasto Kristiyanto, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP yang ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Hasto Kristiyanto, Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), baru-baru ini menjadi sorotan publik setelah ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Kamis, 20 Februari 2025.
Penangkapannya terkait dengan dugaan suap dan perintangan penyidikan dalam kasus pergantian antarwaktu (PAW) anggota DPR dan pengaruhnya dalam kasus Harun Masiku, yang masih menjadi buronan hingga kini.
Berikut adalah biodata Hasto Kristiyanto, yang akan mengulas latar belakang dan perjalanan karier politiknya.
Biodata Hasto Kristiyanto
Ini adalah biodata singkat Hasto Kristiyanto, Sekjen PDIP yang ditangkap KPK dalam kasus dugaan suap dan perintangan penyidikan:
- Nama lengkap: Ir. Hasto Kristiyanto, MM.
- Tempat dan tanggal lahir: Yogyakarta, 7 Juli 1966
- Agama: Kristen
- Pendidikan: Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta
- Karier politik: Sekretaris Jenderal PDIP, mantan anggota DPR RI periode 2004-2009
- Pengalaman organisasi: Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Teknik UGM, aktif dalam kegiatan politik sejak SMA
Pendidikan dan Awal Karier Politik Hasto Kristiyanto
Hasto Kristiyanto lahir di Yogyakarta pada 7 Juli 1966. Setelah menyelesaikan pendidikan di SMA Kolese de Britto Yogyakarta, Hasto melanjutkan studinya di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) dan berhasil meraih gelar insinyur pada tahun 1991. Sejak masih di bangku SMA, Hasto sudah tertarik dengan dunia politik dan mulai aktif dalam berbagai kegiatan organisasi, terutama di UGM, di mana ia pernah menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Teknik.
Selain itu, Hasto mengakui bahwa semangatnya untuk terjun ke dunia politik juga dipengaruhi oleh pendidikan rohani yang ia terima melalui gereja. Bimbingan dari seorang pastor bernama Pastor Herman Joseph Suhardiyanto SJ sangat memengaruhi pandangannya terhadap perjuangan politik, yang menurutnya harus berbasis pada keadilan dan keberpihakan terhadap masyarakat yang terpinggirkan.
Karier Politik dan Peranannya di PDIP
Hasto Kristiyanto pertama kali terjun ke dunia politik dengan bergabung dalam Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), sebuah partai yang didirikan oleh almarhum Bung Karno, yang juga merupakan tokoh politik yang sangat dihormati oleh Hasto. Pada pemilihan umum 2004, Hasto terpilih sebagai anggota DPR RI dari daerah pemilihan Jawa Timur, yang mencakup kabupaten Ngawi, Magetan, Ponorogo, Pacitan, dan Trenggalek. Ia menjabat di Komisi VI DPR yang menangani masalah perdagangan, perindustrian, investasi, dan koperasi.
Sebagai anggota DPR, Hasto dikenal sebagai politisi yang teguh dengan prinsipnya, terutama dalam menolak berbagai RUU yang dianggap tidak berpihak pada kepentingan rakyat kecil. Salah satunya adalah RUU Free Trade Zone Kawasan Batam, yang menurutnya lebih menguntungkan perusahaan besar dibandingkan dengan rakyat. Hasto juga berani menolak tawaran uang dan tanah untuk memuluskan kebijakan-kebijakan yang dinilai merugikan masyarakat.
Namun, perjalanan kariernya sebagai anggota DPR berakhir pada 2009 setelah gagal terpilih kembali dalam pemilu tersebut. Meskipun begitu, Hasto tidak mundur dari dunia politik dan terus aktif dalam kegiatan partai. Ia kemudian dipercaya untuk menjabat sebagai Sekretaris Jenderal PDIP, posisi yang menguatkan pengaruhnya dalam politik Indonesia.
Kasus Hukum yang Membelit Hasto Kristiyanto
Pada akhir 2024, Hasto Kristiyanto terjerat dalam kasus dugaan suap dan perintangan penyidikan yang melibatkan beberapa nama besar, termasuk Harun Masiku, seorang mantan calon anggota legislatif yang menjadi buronan KPK. Hasto bersama dengan advokat PDIP, Donny Tri Istiqomah, diduga terlibat dalam proses suap terkait pergantian antarwaktu (PAW) anggota DPR RI. Mereka juga diduga berperan dalam upaya perintangan penyidikan yang terkait dengan Operasi Tangkap Tangan (OTT) yang dilakukan KPK terhadap Harun Masiku pada awal 2020.
Hasto dituduh membocorkan informasi terkait OTT tersebut, meminta Harun untuk merendam handphone dan melarikan diri, serta menginstruksikan anak buahnya untuk menenggelamkan bukti yang berhubungan dengan kasus tersebut. Selain itu, Hasto juga disebut mengumpulkan saksi-saksi agar tidak memberikan keterangan yang merugikan dirinya. Akibat perbuatannya ini, Hasto akhirnya ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan oleh KPK.
Proses Hukum dan Reaksi PDIP
Setelah ditangkap oleh KPK, Hasto Kristiyanto menjalani pemeriksaan di Gedung Merah Putih KPK di Jakarta Selatan, di mana ia tampak mengenakan rompi oranye dan tangan terborgol. Proses hukum ini pun diwarnai dengan demonstrasi simpatisan PDIP yang mengunjungi kantor KPK sebagai bentuk dukungan terhadap Hasto. Meskipun begitu, KPK tetap melanjutkan proses penyidikan dan memastikan bahwa setiap orang, tanpa terkecuali, akan diproses secara adil sesuai dengan hukum yang berlaku.
Dalam rangka mendampingi Hasto dalam proses hukum ini, tim penasihat hukum dari PDIP yang terdiri dari Todung Mulya Lubis, Maqdir Ismail, Ronny Talapessy, Patra Zen, dan lainnya juga hadir untuk memberikan pembelaan. Meskipun begitu, upaya Hasto untuk menggugurkan status tersangka melalui permohonan praperadilan tidak berhasil, dan KPK tetap melanjutkan penanganan kasus tersebut.