3 Langkah Jitu B.J. Habibie Menurunkan Nilai Dolar dari Rp16.800 ke Rp6.550

favicon
Cara B.J Habibie Bikin Dolar Rp16.800 Jadi Rp6.550

Obrolan – B.J. Habibie berhasil menurunkan nilai dolar dari Rp16.800 ke Rp6.550 melalui restrukturisasi perbankan, kebijakan moneter ketat, dan pengendalian harga bahan pokok.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak dalam kisaran Rp16.550 hingga Rp16.590 pada Jumat (28/2/2025), mencatatkan posisi terburuk sejak Maret 2020, atau sekitar lima tahun terakhir.

Beberapa pusat penukaran uang di Jakarta Selatan bahkan menawarkan kurs jual dolar AS mulai dari Rp16.510 hingga Rp16.560.

Namun, dua dekade lalu, tepatnya pada tahun 1998, nilai dolar AS pernah mencapai level yang lebih parah, yakni sekitar Rp16.800.

Krisis moneter yang terjadi saat itu tak hanya melibatkan masalah ekonomi, tetapi juga krisis politik yang berujung pada jatuhnya pemerintahan Presiden Soeharto setelah 32 tahun berkuasa.

Setelah peralihan kekuasaan yang cepat, Presiden B.J. Habibie yang menggantikan Soeharto sempat dianggap tidak mampu mengatasi masalah ekonomi.

Banyak pihak meragukan kemampuan Habibie, yang saat itu lebih dikenal sebagai seorang teknokrat di bidang penerbangan, bukan ekonom.

Bahkan, Presiden Singapura, Lee Kuan Yew, menyatakan bahwa naiknya Habibie ke posisi presiden bisa memperburuk kondisi rupiah.

Namun, kenyataannya, Habibie berhasil mengatasi permasalahan ekonomi Indonesia melalui tiga langkah utama yang berhasil menurunkan nilai dolar dan menguatkan rupiah:

1. Restrukturisasi Perbankan

Pada masa pemerintahan Orde Baru, pendirian bank dipermudah melalui kebijakan Paket Oktober 1988, yang sayangnya tidak diimbangi dengan pengelolaan yang baik. Krisis 1998 menyebabkan banyak bank terpuruk dan memicu penarikan dana besar-besaran oleh nasabah. Untuk mengatasi ini, Habibie melakukan restrukturisasi perbankan dengan mencabut aturan yang mempermudah pendirian bank dan memperkuat bank-bank pemerintah. Salah satu langkah pentingnya adalah penggabungan empat bank milik negara menjadi Bank Mandiri. Selain itu, Habibie juga memperkuat independensi Bank Indonesia (BI) melalui penerapan UU No. 23 Tahun 1999, menjadikan BI lebih objektif dan bebas dari intervensi politik.

2. Kebijakan Moneter Ketat

Habibie menerapkan kebijakan moneter ketat dengan menerbitkan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang memiliki bunga tinggi. Langkah ini bertujuan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap bank dan mengurangi peredaran uang di masyarakat. Kebijakan tersebut terbukti berhasil menurunkan suku bunga dari 60% menjadi belasan persen, serta meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk menabung.

3. Pengendalian Harga Bahan Pokok

Habibie juga menempatkan kebutuhan bahan pokok sebagai prioritas dalam menjaga kestabilan ekonomi. Ia mengambil langkah dengan mempertahankan harga listrik dan BBM subsidi agar tidak mengalami kenaikan, sehingga harga bahan pokok tetap terjangkau oleh masyarakat, terutama di tengah krisis. Meskipun kebijakan ini sempat menimbulkan kontroversi, seperti anjuran Habibie agar rakyat berpuasa Senin-Kamis untuk lebih hemat, langkah tersebut terbukti membantu meredam inflasi.

Melalui ketiga langkah ini, Habibie berhasil meningkatkan kepercayaan pasar terhadap ekonomi Indonesia. Aliran dana dari investor kembali masuk, dan yang paling penting, nilai tukar dolar AS berhasil terkendali dan menguat ke level Rp6.550, jauh lebih baik dibandingkan saat krisis.

Sumber: CNBC Indonesia

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi. Bila ingin mengutip silahkan menggunakan link aktif mengarah pada domain Obrolan.id.